Kamis, 09 Juni 2016

TUGAS TEKOM : FOTOGRAFI

Lokasi       : Cutra Grand
Kamera    : SONY DSLR-A550
Lensa       : zoom 18-250
Mode       : manual
F              : f/11
Speed      : 1/100
Iso           : 200
WB          : Auto




Lokasi      : Citra Grand
Kamera    : Canon EOS 700D
Mode       : manual
F              : f/9
Speed      : 1/200
Iso           : 100

WB         : Auto

TUGAS TEKOM : ARTIKEL

DEGRADASI MORAL DAN ETIKA GENERASI MUDA
                Nilai dan etika adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan serta sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap benar, memiliki sifat yang abstrak, bukan konkret  dan hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati sehingga bukanlah suatu hal yang bisa dipelajari dan terdapat teorinya secara jelas. Lalu, sistem nilai dapat diartikan sebagai seperangkat hal yang saling bergantung, saling disesuaikan, dan konsisten terhadap suatu aturan. Etika, sebagaimana metode filsafat, mengandung permusyawaratan dan argumen untuk membenarkan tindakan tertentu juga membahas asas-asas yang mengatur karakter manusia ideal atau kode etik profesi tertentu. (Robert C. Solomon, 1984).
                Di zaman modern seperti sekarang ini, tentu sudah banyak permasalahan terkait etika serta moral yang kita lihat terjadi di masyarakat khususnya degradasi moral di kalangan remaja.
Dapat kita lihat dalam pemberitaan sehari – hari, pembawa berita tidak pernah absen dalam mengabarkan kasus seperti pencurian, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, bahkan pembunuhan dan tragisnya kasus – kasus diatas dilakukan oleh sekelompok remaja, golongan umur yang sedang gencar – gencarnya mencari jati diri. Miris memang, namun dibalik itu semua kita juga dapat menduga – duga adanya suatu kesalahan sistem dalam masyarakat maupun negara sehingga kontrol pada remaja berkurang dan menimbulkan efek yang luar biasa yaitu degradasi moral pada remaja seperti saat sekarang.
                Tidak ada asap jika tidak ada api, peribahasa itu meyiratkan bahwa sesuatu peristiwa pasti mempunyai latar belakang serta penyebabnya. Bagi permasalahan degradasi moral pada remaja pun tak lepas untuk dijadikan bahan – bahan debat dalam acara televisi maupun media elektronik lainnya. Jika kita ikuti perkembangan kasus – kasus seperti penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, pembunuhan oleh remaja yang hampir booming tiap tahunnya maka alasan yang paling umum digunakan oleh psikolog atau pakar kriminal adalah adalah masa remaja merupakan saat dimana rasa ingin tahu yang cukup tinggi terhadap berbagai hal yang menurutnya baru serta menantang, rentang dipengaruhi, dan mudah untuk diprovokasi. Selain itu juga, remaja sangat mudah mengikuti arus pergaulan yang sebenarnya dia sendiri belum mengetahui betul hal tersebut sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di masyarakat atau tidak.
                Di balik itu semua, tentu kita harus memperhatikan adanya faktor modernisasi dan globalisasi yang dapat masuk ke kehidupan masyarakat terutama kalangan remaja dengan mudah melalui berbagai media, terutama media elektronik yang terkenal akan kemudahan aksesnya. Modernisasi serta globalisasi inilah yang membuat penyebab degradasi moral di kalangan remaja menjadi multifaktoral dan tidak hanya disebabkan oleh rasa keingintahuan serta tertantang. Dengan terbukanya informasi dari berbagai belahan dunia serta kurangnya filter tentu akan mempengaruhi pola pikir serta perilaku yang seharusnya belum saatnya untuk dilakukan serta dipikirkan oleh para remaja.
  
                Lempar tanggung jawab antar pihak yang saat ini terjadi hanya membuat masa depan remaja semakin tak menentu dalam bayang – bayang moral yang semakin turun.  Hal seperti ini tentu tidak dapat kita abaikan dan perlu mendapat perhatian serius mengingat di dalam remaja sendiri terdiri dari anak usia sekolah dan usia kerja, mereka akan memasuki dunia kerja dan memasuki umur reproduksi. Apabila tidak diidentifikasi letak penyebab utama degradasi moral serta penanggulangannya dengan baik maka remaja sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi, seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA dan HIV/AIDS, dan juga degredasi moral serta etika seperti pencurian, pemerkosaan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari permasalah-permasalahan remaja seperti yang terjadi seperti sekarang ini bukan hanya mempengaruhi kehidupan remaja terkait namun juga masa depan negara yang jadi taruhannya.
Dalang dari Semua Permasalahan Degradasi Moral
                Secara garis besar dapat kita pahami bahwa moralitas adalah pandangan tentang kebaikan/kebenaran dalam masyarakat sedangkan etika merupakan pemikiran atau refleksi atas moralitas. Hubungan antara nilai, norma, moral dan etika sangat erat sekali dan kadangkala hal tersebut disamakan begitu saja. Moral , norma dan etika memang diajarkan secara turun temurun walaupun tidak universal di semua wilayah, namun semua itu demi tujuan untuk membentuk generasi yang santun, disiplin serta menekan angka kejahatan , kenakalan remaja serta perilaku lain yang dapat mempermalukan serta merugikan masyarakat.
                                  
                Kenakalan remaja, degradasi moral serta pelanggaran etika yang terjadi di kalangan masyarakat khususnya remaja dapat mengindikasikan bahwa penerapan moral serta etika sudah tidak dianggap penting lagi oleh remaja dan cenderung diabaikan. Selain karena modernisasi dan globalisasi penurunan moral serta etika ini dapat disebabkan oleh berbagai determinan lainnya secara spesifik. Salah satunya adalah kurang kuatnya pegangan terhadap agama, dimana kepercayaan kepada suatu agama atau keberadaan Tuhan sering dianggap sebagai suatu simbol belaka dan bukanlah suatu hal yang selalu ditaati. Semakin longgarnya pegangan seorang remaja pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturannya.
                Faktor lain adalah pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat yang tidak berjalan efektif. Pembinaan serta penanaman moral serta etika yang utama dan yang pertama dilakukan dalam lingkup sosial yang paling kecil yaitu di dalam keluarga masing - masing. Terjadinya kerusakan moral dan etika dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, dapat disebabkan karena tidak efektifnnya peran keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral.
                Selanjutnya disebabkan oleh  budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis yang berorientasi pada hal keduniaan semakin berkembang. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
                Faktor terakhir adalah tidak adanya peraturan pemerintah yang mendukung pembinaan moral dan etika. Pemerintah merupakan sekelompok orang yang memiliki kekuasaan terhadap hampir seluruh aspek di dalam kehidupan suatu negara yang dipimpin atau dijalankannya. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan, agar permasalahan terkait etika yang banyak terjadi di masyarakat dapat diminimalisir dengan efektif.
                Faktor-faktor diatas sebagian besar jiga ditunjang oleh perkembangan teknologi dan kemajuan zaman. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi menjadi lebih transparan dan sangat sulit untuk melakukan penyaringan terhadap budaya-budaya yang masuk secara terus-menerus. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat mengganggu etika dan moral remaja.  
Sinergi dalam Penanggulangan sebagai Benteng Terakhir
                Permasalahan etika dan degradasi moral kalangan remaja memang benar tidak hanya disebabkan oleh satu hal namun multifaktoral. Untuk meghindari salah pergaulan yang sangat rentan terjadi pada remaja, remaja dan keluarga harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak apalagi dalam hal ini pada seorang remaja.
                Selain itu juga, peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok, sex bebas, serta perilaku buruk lainnya. Lalu, selain datang dari luar pencegahan terhadap pengaruh buruk dari lingkungan dapat juga datang dari dalam diri sendiri yaitu peningkatan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.


Referensi :
Karyanto, Adi. 2013. Mengatasi Degradasi Moral . Diakses dalam www.harapanrakyat.com pada        Senin, 23 Mei 2016.
Utami, Nur. 2015. Indonesia Degradasi Moral ?. Diakses dalam www.kompasiana.com pada Senin, 23 Mei 2016.




Rabu, 18 Mei 2016

#2 Pasar Tempo Dulu : Pasar Malioboro, Yogyakarta.

Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna karangan bunga. Itu mungkin ada hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka Jalan Malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata Malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama “Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M. pendirian Jalan Malioboro bertepatan dengan pendirian Keraton Yogyakarta (Kediaman Sultan).

Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan penting di era kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan.


Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi Indonesia di Yogyakarta 1945-2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku tersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta selama kurun waktu lebih dari setengah abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan Malioboro menjadi ‘panggung’ bagi para “seniman jalanan” dengan pusatnya gedung Senisono. Namun daya hidup seni jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung Senisono ditutup.




#1 Pasar Tempo Dulu : Pasar Klewer, Solo.


Pasar Klewer adalah salah satu tempat yang cukup terkenal di Kota Solo, Jawa Tengah. Pasar ini berdekatan dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Pasar Klewer adalah pusat perbelanjaan dari berbagai macam jenis kain yang sangat lengkap, sehingga merupakan tempat para pedagang grosir yang berada di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Jakarta untuk kulakan berbagai macam batik solo.

Berdasarkan cerita zaman dulu, Pasar Klewer digunakan untuk lokasi pemberhentian kereta api kuno. Oleh sebab itu, warga sekitar menjadikan lokasi Pasar Klewer untuk menawarkan beraneka macam dagangan pada penumpang kereta. Pasar Klewer dulu terkenal dengan nama Pasar Slompretan. Asal-usul Slompretan yaitu dari kata slompret (dalam bahasa indonesia berarti terompet), munculnya kata slompret ini berasal dari klakson kereta api pada saat akan berhenti dan berangkat yang bunyinya mirip dengan terompet ketika ditiup.

Beraneka ragam dagangan yang ditawarkan di Pasar Slompretan, salah satunya yaitu pedagang yang menawarkan kain tekstil yang berjenis batik. Pedagang-pedagang tekstil batik ini menawarkan dagangannya dengan cara di taruh pundak, yang menyebabkan dagangannya tampak berkleweran. Karena itu, semakin banyaknya para pedagang-pedagang ini yang berlalu lalang, akhirnya Pasar Slompretan lebih populer dengan sebutan Pasar Klewer.

Sekitar tahun 1970, Pasar Klewer dibuat sebagai bangunan permanen yang mempunyai dua lantai. Ini berfungsi agar para pengunjung tidak akan berdesakan ketika akan melewati lorong-lorong pasar. Dikarenakan jumlah kios lebih dari 2000 unit ini.





Selasa, 17 Mei 2016

Poster Revitalisasi Pasar



                Secara umum revitalisasi berarti proses atau cara untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terperdaya atau dengan kata lain menjadikan sesuatu untuk menjadi vital. Umumnya  revitalisasi banyak dikaitkan dengan suatu bangunan dan salah satu contohnya adalah pasar. Hal inilah yang coba disampaikan dalam bentuk poster diatas yaitu suatu revitalisasi pasar tradisional.
                Dikalangan masyarakat, pasar tradisional selalu dikaitkan dengan “kesemrawutan” pada pedagang dan hal inilah yang sering dijadikan suatu fokus serta diperlukan perubahan demi meningkatkan daya saing pasar melalui suatu revitalisasi dengan jalan penataan serta pengaturan pedagang. Hal ini yang menjadi fokus utama dari poster diatas yaitu revitalisasi pasar tradisional yang menonjolkan aspek kerapian dan tertatanya kios –kios serta kebersihan pasar tersebut. Hal tersebut yang coba digambarkan dengan penataan puzzle yang berantakan bergambarkan pasar tradisional yang kumuh dengan lokasi pedagang yang tak teratur  dan ditata menjadi suatu susunan puzzle bergambar pasar yang telah mengalami revitalisasi khususnya pengaturan kios – kios pedagang serta kebersihan yang tampak berbeda 180°. Yang terakhir tentu semua proses dalam revitalisasi pasar khususnya penataan pasar adalah untuk kenyamanan berbelanja bagi masyarakat. 



Revitalisasi Pasar, Antara Stigma Negatif dan Urgensi.

Pasar merupakan salah satu komponen dalam sektor perdagangan di semua negara baik negara maju maupun berkembang, termasuk di Indonesia. Pasar sendiri merupakan suatu tempat fisik di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mepertukarkan barang dan jasa (Kotler, 2002). Ada berbagai macam jenis pasar, salah satunya adalah pasar tradisional yang hampir ada di semua wilayah. Di Indonesia sendiri pasar tradisional seakan menjadi salah satu dari ruh perdagangan suatu wilayah, dengan kondisi lingkungan dan budaya pasar yang khas menjadikan pasar tradisional sebagai tujuan utama bagi sebagian masyarakat untuk mencari barang terkait pemenuhan kebutuhan sehari – hari.
                Menjamurnya pasar tradisional di setiap wilayah bukan berarti tidak ada permasalahan dasar serta kompleks di dalamnya. Bukan hanya stigma dalam masyarakat namun juga keadaan di lapangan membuktikan bahwa sebagian besar pasar tradisional secara fisik masih belum tertata, baik itu antar kios maupun antar blok, kumuh, terjadi disfungsi bangunan pasar, parkir yang tidak tertata, dan sebagainya. Hal ini tentu berakibat menurunnya pemasukan pasar terkait sewa kios dan sebagainya berkurang, juga minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional menurun dan berakibat langsung terhadap pendapatan pasar serta pedagang. Hal ini semakin diperburuk dengan hadirnya minimarket yang juga mulai merambah di tiap kabupaten bahkan kecamatan. Dengan kelengkapan barang yang hampir sama dengan pasar tradisional dan kondisi yang bersih, nyaman, serta tertata membuat minimarket menjadi jalan pintas bagi pemenuhan kebutuhan di masyarakat.
                Revitalisasi di beberapa pasar tradisional di Indonesia memang bukan hal yang baru. Revitalisasi sendiri mempunyai arti proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali (Kamus Besar Bahasa Indonesia), sedangkan dalam konteks ini revitalisasi pasar yaitu menggiatkan proses jual beli meliputi pengelolaan serta penataan ulang (kios, bangunan, parkir, dsb) dari pasar tradisional. Masih banyak anggapan bahwa revitalisasi pasar tradisional hanya identik dengan proses penggusuran dan malah menghilangkan nilai - nilai budaya di dalamnya, namun sebenarnya revitalisasi pasar tradisional sendiri bertujuan  meningkatkan kualitas, daya saing,  serta kelayakan pasar tradisional sebagai salah satu penggerak perekonomian masyarakat dari berbagai kalangan di suatu wilayah. Pada akhirnya para pedagang serta masyarakat sendiri yang akan merasakan dampak positif dari revitalisasi pasar tradisional.   

                Revitalisasi pasar tradisional merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi bersama baik itu masyarakat, pedagang, maupun pemerintah daerah. Perencanaan dan kerjasama antar stakeholder menjadi kunci utama dalam revitalisasi pasar tradisional di setiap wilayah, karena tak jarang revitalisasi pasar baik yang sedang dilaksanakan maupun masih menjadi isu malahan menimbulkan konflik antar stakeholder. Hal ini dikarenakan setiap pihak tidak mau dirugikan serta adanya kesalahpahaman maupun kurang pahamnya pedagang dan masyarakat khususnya yang menggantungkan hidup di lokasi pasar terkait revitalisasi pasar tradisional.